Sabtu, 17 Mac 2012

ada apa dgn sabar???

Apa ada keajaiban sabar?

Apakah dengan hanya bersabar, hidup kita menjadi lebih tenang? Lantas apa bedanya dengan pasrah? Kenapa harus sabar, sementara kita masih punya kemampuan untuk berbuat sesuatu?

Pertanyaan itu mengganggu terus. Tidak mudah untuk menjawab aneka pertanyaan seperti itu? Penulis ini orang awam, bukan ustad, bukan kiai, bukan pula seorang perenung yang bisa mendapatkan jawaban setelah sekian lama diam dan mematung.

Menurut Ibnul Qayyim, penulis berbagai kitab dan murid Ibnu Taimiyah, berkata, “Sabar adalah menahan jiwa dari berputus asa, meredam amarah yang bergejolak, mencegah lisan berkeluh-kesah, menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlak mulia dari lubuk jiwa yang dapat mencegah degannya akan tegak dan baik segala perkara..”

Jadi, sabar itu ternyata tidak sama dengan pasrah. Jika kita pasrah artinya berputus asa. Sedangkan sabar menerima keadaan yang ada tetapi tetap semangat, tetap berusaha. Sabar juga identik dengan bagaimana memendam amarah yang menggelegak. Sabar juga sama artinya menjaga mulut kita dari omongan yang menunjukkan kemarahan. Mencegah agar mulut senantiasa terjaga dari omongan kotor atau pembicaraan yang tidak perlu, misalnya. Terus terang, saya belum satu pun bisa melakukan itu.

Tidak hanya itu, sabar pun bisa diartikan sebagai tetap kuat pendirian untuk tidak berbuat maksiat, dan menghindari sejauh mungkin. Di sini, kita dituntut sabar untuk berpegang kepada kebenaran ajaran agama. Bukan menyelewengkan atau menyelewengkannya untuk kepentingan kelompok atau pribadi.

Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah Sollalohu Allaihi Wassalam bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Yang menarik dari hadis ini, menurut ahli tafsir, setiap mukmin digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah‘ajaban’. Mengapa ada pesona dan di mana pesona itu bisa ditemukan? Pesona beranjak dari sikap seseorang dalam menyikapi segala sesuatu. Dia senantiasa berprangka baik, hudnuzhon, positif thinking terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Alloh. Ketika mendapatkan kebaikan, ia refleksikan dalam bentuk syukur, ketika mendapat musibah dia bersabar. Segela sesuatu dianggap sebagai karunia, anugerah Alloh yang tiada banding. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.

Begitu pula saat mendapatkan musibah, mendapat kabar buruk, nasib tak menguntungkan, ia akan bersabar. Karena ia yakin, hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang ada rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Alloh. Bukan malah lantas menyalahkan Sang Kholik. Bukankah terkadang ada orang yang bilang begini: Alloh nggak adil, mengapa saya begini dan begitu?

Kesabaran tetaplah penting. Sangat penting. Kesabaran merupakan salah satu petunjuk atau ciri seseorang itu bertaqwa atau tidak. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.

Sabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “shabara”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang.

Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan. Rasulullah Solloahu Allaihi Wassalam memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).”

Buat apa bersabar? Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah Rodiaallohuan bahwa Rasulullan SollohuAllahi Wassalam bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim).

Kesabaran merupakan suatu keharusan, di mana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah saw. mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan